Kali
ini kita bahas tentang kepemimpinan, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan
Kepemimpinan itu adalah yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain
agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Saya sudah menyimpulkan tentang hal apa saja yang dapat membuat kita menjadi
pemimpin yang baik, antara lain :
Produktivitas individu Pemimpin serta manajamen waktu
Kapan
memberdayakan setiap menit waktu produktif Anda menjadi tujuan utama sebagai pemimpin Jika Anda sulit hidup teratur waktu , bukan orang yang rajin,
memiliki kesibukan
ruang kerja yang berantakan, serta tidak rapih bukan berarti bahwa Anda
terpuruk dan mengenaskan. Itu hanya berarti bahwa Anda seperti banyak orang
sukses dan
inovatif yang saya kenal selama beberapa tahun. Dan jika Anda masih harus
mencari sedikit waktu, cukup lakukan seperti apa yang saya lakukan.
Kurangi. Kurangi sama dengan menambah. Prioritaskan hal penting. Anda
akan menjadi lebih sukses dan lebih bahagia. Cukup seperti itu.
Kecerdasan emosional
Gaya kepemimpinan dan manajemen secara tradisional telah habis. Kini
masanya soft skill, siapa yang tidak ingin menjadi seorang CEO yang
memiliki empati dan mawas diri? Masalah kecerdasan emosional adalah
hal yang sulit diukur. Jika kecerdasan emosional bisa menjadi alat
untuk memprediksi kesuksesan bisnis, lalu bagaimana Anda bisa
menghitung kecerdasan emosional Steve Jobs, Bill Gates, Larry Ellison,
Larry Page, Mark Zuckerberg,serta puluhan wirausahawan dan eksekutif sukses lainnya?
Kepemimpinan
berdasarkan kelebihan
Ini
sangat sederhana. Kita hidup dalam masa yang berubah dengan cepat, dunia pemimpin yang terus mengalami perubahan. Jika Anda memiliki kelebihan
maka Anda mampu mengadaptasinya menjadi keuntungan yang kompetitif,
berkonsentrasilah pada hal itu. Gaya kepemimpinan diatas memang tak harus
semuanya dimiliki, namun bila Anda bisa benar-benar memiliki ciri
kepemimpinan sendiri yang positif, itu sudah terbilang hebat. Ingat,
jangan abaikan apapun kelemahan Anda, namun pelajari dan terus belajar
dari mereka yang berpengalaman.
Jika anda seorang pemimpin jangan lah menjadi pemimpin yang sombong, dan
rakus akan jabatan, jadilah pemimpin baik, jujur dan berwibawa agar dapat
menciptakan etos kerja dan lingkungan kerja yang baik untuk negeri ini Indonesia yang
kita cintai
Tidak ada jalan pintas
untuk menjadi seorang atau sesosok pemimpin yang baik. Menjadi pemimpin saja
tidaklah mudah, apalagi menjadi PEMIMPIN YANG BAIK. Mungkin Anda sering membaca
entah buku, atau informasi lainnya tentang "cara menjadi pemimpin yang
baik". Namun dengan mengandalkan informasi tersebut saja terus terang
TIDAKLAH CUKUP!
Pemimpin yang baik tidak hanya tentang
memiliki pengetahuan yang luas tapi bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut
kepada yang dipimpinnya.
Pemimpin yang baik tidak hanya dapat membuat
visi yang kuat...namun bagaimana mewujudkan visi tersebut dengan misi yang juga
menguatkan.
Untuk lebih jelasnya berikut kongkritnya kriteria
seorang pemimpin yang baik :
1. JUJUR
Dalam organisasi atau wadah apapun kejujuran seorang pemimpin mutlak harus
dimilki. Simpelnya, gimana bisa berkembang bisnisnya kalau pemimpinnya saja
"tukang bohong". Mungkin, ini mungkin loh ya...kita sering melihat ada
beberapa orang yang sukses di antara kita...tapi didapatkan dari hasil
mempermainkan kepercayaan .
2. DAPAT
MENGINSPIRASI
Seorang pemimpin yang baik dapat memberikan contoh kepada yang dipimpinnya.
Tentu saja, Konteks contoh yang saya maksud disini adalah contoh yang baik.
Jikalau anda seorang pemimpin punya pengalaman disatuan lapangan
3. MEMPUNYAI
MINDSET YANG POSITIF
Sebuah mindset yang positif disini diperlukan untuk memberikan kekuatan mental
dan emosi kepada bawahan, terutama ketika gagal mencapai target. Biasakanlah
mengajarkan kepada bawahan bahwa "positive thinking is better than
negative thinking"
4. MEMPUNYAI
MANAJEMEN PRIORITAS YANG KUAT
Pemimpin yang baik harus tau mana yang di dahulukan untuk di selesaikan, mana
yang belakangan. Pemimpin yang baik harus tau dimana saat harus bertindak
dengan cepat tanggap dan tegas
Pemimpin yang baik
pastilah tidak menggunakan semua “unsur-unsur” Kewengan dan tangan besi dan
tidak tergesa-gesa melakukan perintah namun mereka tahu kapan menggunakannya.
Lantas siapakah pemimpin yang sebenarnya
Seorang pemimpin harus mempunyai dasar track record lapangan yang mereka pimpin dan mempunyai pengalaman kecintaan pada Negara demi tegaknya Negara Kesatauan Republik Indonesia
Pemimpin yang
sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin ideal dalam arti paling purba
adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak
lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun
akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Dibenturkan
dalam kehidupan nyata di masyarakat. Apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara
setidaknya bisa menjawab permasalahan ini. Seorang pemimpin adalah; Ing ngarso
sung tuladha (di depan sebagai contoh), ing madya mangun karso (di tengah
memberi semangat), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan).
Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin jauh dari sikap pemanfaatan
kekuasaan untuk memerintah seenaknya.
Menjadi seorang pemimpin
ideal memang sulit dan memerlukan proses belajar yang panjang, namun bukan
berarti tidak mungkin. Pada dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya
menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan idiom bahwa tiap
manusia akan menanggung sendiri dari apa yang telah ia lakukan. Jadi di sini
manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai
tertentu.
Tantangan dan Harapan
Namun seorang pemimpin
baru akan benar-benar memperoleh tantangan jika dia menjadi pemimpin dalam
organisasi atau kelompok tertentu. Sebab di sini dia juga bertanggung jawab
bukan hanya pada apa yang dia lakukan, tapi juga apa yang dilakukan oleh
anggotanya. Lebih dari itu, juga bertanggung jawab atas tercapai atau tidaknya
tujuan tertentu. Sehingga filosofi hidup yang diutarakan Ki Hajar Dewantara di
atas sekaligus merupakan tantangan untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal.
Di depan sebagai contoh,
artinya selain ia menjalankan tugas pokok sebagai pemimpin, ia juga harus mampu
bersikap positif, mampu memberikan positif impact, sehingga ia layak untuk
menjadi “bahan” percontohan sikap dan prilaku bagi liyan (the other) yang tak
lain adalah para anggotanya. Selanjutnya, di tengah memberi semangat, artinya
dalam aktifitas untuk mencapai tujuan, seorang pemimpin tidak melulu mengatur,
pemimpin harus mampu memberikan sentuhan-sentuhan penyemangat agar para anggota
juga tidak merasa diperas, ditekan dalam aktifitasnya. Ketiga, di belakang
memberi dorongan, di sinilah seorang pemimpin tidak selalu dalam posisi di
depan dalam derap langkah sebuah aktifitas. Seorang pemimpin yang ideal harus
mampu dan mau “turun tahta” untuk sementara waktu, untuk membaur bersama
anggota dan memberikan dorongan-dorongan di saat mereka dalam keadaan lemah,
fisik atau pun mental. Sikap-sikap tersebut mencerminkan sikap luwes
(transformatif) pada diri pemimpin. Dia mampu memerankan berbagai adegan dalam
kancah aktifitas berorganisasi.
Selain sikap sekaligus
tantangan bagi pemimpin ideal di atas, pemimpin juga diharapkan mampu menjalani
komunikasi dengan baik. Komunikasi adalah sebuah penengah (medium) antara
pemimpin dan anggota. Hemat penulis, terjalinnya komunikasi yang baik, akan
tercipta pula iklim harmonis dalam organisasi tersebut. Sehingga sangat wajar
jika Marshal Mc. Luchan mengatakan, “medium is power”. Komunikasi adalah
kekuatan sekaligus kekuasaan. Atau dengan ekstrim Cicero mengatakan “tak ada
yang satu hal pun yang tak dapat diciptakan atau dihancurkan atau dapat
diperbaiki dengan kata-kata”, di mana kata adalah moda utama komunikasi. Namun
harus diakui untuk mencapai sikap-sikap itu butuh proses panjang. Sehingga
muncul pertanyaan yang cenderung politis, mengapa seseorang ingin jadi
pemimpin? Pertanyaan ini akan terjawab jika tujuan sekaligus harapan menjadi
pemimpin terjawab.
Secara internal, harapan
sekaligus tujuan seseorang untuk memimpin, jika meminjam istilah Friedrich
Nietzche adalah adanya kehendak untuk berkuasa (the will to power). Bakat alami
yang dimiliki oleh manusia adalah keinginannya untuk menguasai. Kehendak untuk
berkuasa di sini dapat dirumuskan sebagai kekuatan yang memerintahkan tanpa
adanya suatu pasivitas. (St. Sunardi, 2009: 63). Harapan ini mengandaikan orang
lain agar mengatakan “Ya” atas ide, perkataan, hingga laku kita. Di sinilah
persepsi mengenai pemimpin menemui definisi banalnya, memerintah. Menjadi
pemimpin itu mudah karena hanya memerintah.
Selain itu, menunjukkan
eksistensi juga menjadi tujuan seseorang menjadi pemimpin. Jika mengacu pada
teori Abraham Moslow, maka menjadi pemimpin adalah jalan untuk memenuhi
kebutuhan akan eksistensi diri. Meneguhkan biografi diri dalam pergolakan di
panggung dunia. Sebab efek yang tak disadari dari seorang pemimpin adalah
menjadi populer.
Dua faktor esensial inilah yang menjadikan seseorang ingin dan berani
menjadi pemimpin. Namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita
memimpin dengan baik
Tidak ada jalan pintas
untuk menjadi seorang atau sesosok pemimpin yang baik. Menjadi pemimpin saja
tidaklah mudah, apalagi menjadi PEMIMPIN YANG BAIK. Mungkin Anda sering membaca
entah buku, atau informasi lainnya tentang "cara menjadi pemimpin yang
baik". Namun dengan mengandalkan informasi tersebut saja terus terang
TIDAKLAH CUKUP!
Pemimpin yang baik tidak hanya tentang
memiliki pengetahuan yang luas tapi bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut
kepada yang dipimpinnya.
Pemimpin yang baik tidak hanya dapat membuat visi yang kuat...namun bagaimana mewujudkan visi tersebut dengan misi yang juga menguatkan.
Untuk lebih jelasnya berikut kongkritnya kriteria seorang pemimpin yang baik :
Pemimpin yang baik tidak hanya dapat membuat visi yang kuat...namun bagaimana mewujudkan visi tersebut dengan misi yang juga menguatkan.
Untuk lebih jelasnya berikut kongkritnya kriteria seorang pemimpin yang baik :
1. JUJUR
Dalam organisasi atau wadah apapun kejujuran seorang pemimpin mutlak harus dimilki. Simpelnya, gimana bisa berkembang bisnisnya kalau pemimpinnya saja "tukang bohong". Mungkin, ini mungkin loh ya...kita sering melihat ada beberapa orang yang sukses di antara kita...tapi didapatkan dari hasil mempermainkan kepercayaan .
Dalam organisasi atau wadah apapun kejujuran seorang pemimpin mutlak harus dimilki. Simpelnya, gimana bisa berkembang bisnisnya kalau pemimpinnya saja "tukang bohong". Mungkin, ini mungkin loh ya...kita sering melihat ada beberapa orang yang sukses di antara kita...tapi didapatkan dari hasil mempermainkan kepercayaan .
2. DAPAT
MENGINSPIRASI
Seorang pemimpin yang baik dapat memberikan contoh kepada yang dipimpinnya. Tentu saja, Konteks contoh yang saya maksud disini adalah contoh yang baik. Jikalau anda seorang pemimpin punya pengalaman disatuan lapangan
Seorang pemimpin yang baik dapat memberikan contoh kepada yang dipimpinnya. Tentu saja, Konteks contoh yang saya maksud disini adalah contoh yang baik. Jikalau anda seorang pemimpin punya pengalaman disatuan lapangan
3. MEMPUNYAI
MINDSET YANG POSITIF
Sebuah mindset yang positif disini diperlukan untuk memberikan kekuatan mental dan emosi kepada bawahan, terutama ketika gagal mencapai target. Biasakanlah mengajarkan kepada bawahan bahwa "positive thinking is better than negative thinking"
Sebuah mindset yang positif disini diperlukan untuk memberikan kekuatan mental dan emosi kepada bawahan, terutama ketika gagal mencapai target. Biasakanlah mengajarkan kepada bawahan bahwa "positive thinking is better than negative thinking"
4. MEMPUNYAI
MANAJEMEN PRIORITAS YANG KUAT
Pemimpin yang baik harus tau mana yang di dahulukan untuk di selesaikan, mana yang belakangan. Pemimpin yang baik harus tau dimana saat harus bertindak dengan cepat tanggap dan tegas
Pemimpin yang baik harus tau mana yang di dahulukan untuk di selesaikan, mana yang belakangan. Pemimpin yang baik harus tau dimana saat harus bertindak dengan cepat tanggap dan tegas
Pemimpin yang baik
pastilah tidak menggunakan semua “unsur-unsur” Kewengan dan tangan besi dan
tidak tergesa-gesa melakukan perintah namun mereka tahu kapan menggunakannya.
Lantas siapakah pemimpin yang sebenarnya
Seorang pemimpin harus mempunyai dasar track record lapangan yang mereka pimpin dan mempunyai pengalaman kecintaan pada Negara demi tegaknya Negara Kesatauan Republik Indonesia
Pemimpin yang
sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin ideal dalam arti paling purba
adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak
lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun
akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Dibenturkan
dalam kehidupan nyata di masyarakat. Apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara
setidaknya bisa menjawab permasalahan ini. Seorang pemimpin adalah; Ing ngarso
sung tuladha (di depan sebagai contoh), ing madya mangun karso (di tengah
memberi semangat), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan).
Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin jauh dari sikap pemanfaatan
kekuasaan untuk memerintah seenaknya.
Menjadi seorang pemimpin
ideal memang sulit dan memerlukan proses belajar yang panjang, namun bukan
berarti tidak mungkin. Pada dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya
menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan idiom bahwa tiap
manusia akan menanggung sendiri dari apa yang telah ia lakukan. Jadi di sini
manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai
tertentu.
Tantangan dan Harapan
Tantangan dan Harapan
Namun seorang pemimpin
baru akan benar-benar memperoleh tantangan jika dia menjadi pemimpin dalam
organisasi atau kelompok tertentu. Sebab di sini dia juga bertanggung jawab
bukan hanya pada apa yang dia lakukan, tapi juga apa yang dilakukan oleh
anggotanya. Lebih dari itu, juga bertanggung jawab atas tercapai atau tidaknya
tujuan tertentu. Sehingga filosofi hidup yang diutarakan Ki Hajar Dewantara di
atas sekaligus merupakan tantangan untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal.
Di depan sebagai contoh,
artinya selain ia menjalankan tugas pokok sebagai pemimpin, ia juga harus mampu
bersikap positif, mampu memberikan positif impact, sehingga ia layak untuk
menjadi “bahan” percontohan sikap dan prilaku bagi liyan (the other) yang tak
lain adalah para anggotanya. Selanjutnya, di tengah memberi semangat, artinya
dalam aktifitas untuk mencapai tujuan, seorang pemimpin tidak melulu mengatur,
pemimpin harus mampu memberikan sentuhan-sentuhan penyemangat agar para anggota
juga tidak merasa diperas, ditekan dalam aktifitasnya. Ketiga, di belakang
memberi dorongan, di sinilah seorang pemimpin tidak selalu dalam posisi di
depan dalam derap langkah sebuah aktifitas. Seorang pemimpin yang ideal harus
mampu dan mau “turun tahta” untuk sementara waktu, untuk membaur bersama
anggota dan memberikan dorongan-dorongan di saat mereka dalam keadaan lemah,
fisik atau pun mental. Sikap-sikap tersebut mencerminkan sikap luwes
(transformatif) pada diri pemimpin. Dia mampu memerankan berbagai adegan dalam
kancah aktifitas berorganisasi.
Selain sikap sekaligus
tantangan bagi pemimpin ideal di atas, pemimpin juga diharapkan mampu menjalani
komunikasi dengan baik. Komunikasi adalah sebuah penengah (medium) antara
pemimpin dan anggota. Hemat penulis, terjalinnya komunikasi yang baik, akan
tercipta pula iklim harmonis dalam organisasi tersebut. Sehingga sangat wajar
jika Marshal Mc. Luchan mengatakan, “medium is power”. Komunikasi adalah
kekuatan sekaligus kekuasaan. Atau dengan ekstrim Cicero mengatakan “tak ada
yang satu hal pun yang tak dapat diciptakan atau dihancurkan atau dapat
diperbaiki dengan kata-kata”, di mana kata adalah moda utama komunikasi. Namun
harus diakui untuk mencapai sikap-sikap itu butuh proses panjang. Sehingga
muncul pertanyaan yang cenderung politis, mengapa seseorang ingin jadi
pemimpin? Pertanyaan ini akan terjawab jika tujuan sekaligus harapan menjadi
pemimpin terjawab.
Secara internal, harapan
sekaligus tujuan seseorang untuk memimpin, jika meminjam istilah Friedrich
Nietzche adalah adanya kehendak untuk berkuasa (the will to power). Bakat alami
yang dimiliki oleh manusia adalah keinginannya untuk menguasai. Kehendak untuk
berkuasa di sini dapat dirumuskan sebagai kekuatan yang memerintahkan tanpa
adanya suatu pasivitas. (St. Sunardi, 2009: 63). Harapan ini mengandaikan orang
lain agar mengatakan “Ya” atas ide, perkataan, hingga laku kita. Di sinilah
persepsi mengenai pemimpin menemui definisi banalnya, memerintah. Menjadi
pemimpin itu mudah karena hanya memerintah.
Selain itu, menunjukkan
eksistensi juga menjadi tujuan seseorang menjadi pemimpin. Jika mengacu pada
teori Abraham Moslow, maka menjadi pemimpin adalah jalan untuk memenuhi
kebutuhan akan eksistensi diri. Meneguhkan biografi diri dalam pergolakan di
panggung dunia. Sebab efek yang tak disadari dari seorang pemimpin adalah
menjadi populer.
Dua faktor esensial inilah yang menjadikan seseorang ingin dan berani
menjadi pemimpin. Namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita
memimpin dengan baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar