Jumat, 05 September 2014

SOSOK SEORANG PEMIMPIN JUJUR DAN BERWIBAWA


Kali ini kita bahas tentang kepemimpinan, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan Kepemimpinan itu adalah yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Saya sudah menyimpulkan tentang hal apa saja yang dapat membuat kita menjadi pemimpin yang baik, antara lain :

Produktivitas individu Pemimpin serta manajamen waktu
Kapan memberdayakan setiap menit waktu produktif Anda menjadi tujuan utama sebagai pemimpin  Jika Anda sulit hidup teratur waktu , bukan orang yang rajin, memiliki kesibukan ruang kerja yang berantakan, serta tidak rapih bukan berarti bahwa Anda terpuruk dan mengenaskan. Itu hanya berarti bahwa Anda seperti banyak orang sukses dan inovatif yang saya kenal selama beberapa tahun. Dan jika Anda masih harus mencari sedikit waktu, cukup lakukan seperti apa yang saya lakukan. Kurangi. Kurangi sama dengan menambah. Prioritaskan hal penting. Anda akan menjadi lebih sukses dan lebih bahagia. Cukup seperti itu.
Kecerdasan emosional Gaya kepemimpinan dan manajemen secara tradisional telah habis. Kini masanya soft skill, siapa yang tidak ingin menjadi seorang CEO yang memiliki empati dan mawas diri? Masalah kecerdasan emosional adalah hal yang sulit diukur. Jika kecerdasan emosional bisa menjadi alat untuk memprediksi kesuksesan bisnis, lalu bagaimana Anda bisa menghitung kecerdasan emosional Steve Jobs, Bill Gates, Larry Ellison, Larry Page, Mark Zuckerberg,serta puluhan wirausahawan dan eksekutif sukses lainnya?
Kepemimpinan berdasarkan kelebihan
Ini sangat sederhana. Kita hidup dalam masa yang berubah dengan cepat, dunia pemimpin yang terus mengalami perubahan. Jika Anda memiliki kelebihan maka Anda mampu mengadaptasinya menjadi keuntungan yang kompetitif, berkonsentrasilah pada hal itu. Gaya kepemimpinan diatas memang tak harus semuanya dimiliki, namun bila Anda bisa benar-benar memiliki ciri kepemimpinan sendiri yang positif, itu sudah terbilang hebat. Ingat, jangan abaikan apapun kelemahan Anda, namun pelajari dan terus belajar dari mereka yang berpengalaman.
Jika anda seorang pemimpin jangan lah menjadi pemimpin yang sombong, dan rakus akan jabatan, jadilah pemimpin baik, jujur dan berwibawa agar dapat menciptakan etos kerja dan lingkungan kerja yang baik untuk negeri ini Indonesia yang kita cintai
Tidak ada jalan pintas untuk menjadi seorang atau sesosok pemimpin yang baik. Menjadi pemimpin saja tidaklah mudah, apalagi menjadi PEMIMPIN YANG BAIK. Mungkin Anda sering membaca entah buku, atau informasi lainnya tentang "cara menjadi pemimpin yang baik". Namun dengan mengandalkan informasi tersebut saja terus terang TIDAKLAH CUKUP!

Pemimpin yang baik tidak hanya tentang memiliki pengetahuan yang luas tapi bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut kepada yang dipimpinnya.

Pemimpin yang baik tidak hanya dapat membuat visi yang kuat...namun bagaimana mewujudkan visi tersebut dengan misi yang juga menguatkan.

Untuk lebih jelasnya berikut kongkritnya kriteria seorang pemimpin yang baik :

1.     JUJUR
Dalam organisasi atau wadah apapun kejujuran seorang pemimpin mutlak harus dimilki. Simpelnya, gimana bisa berkembang bisnisnya kalau pemimpinnya saja "tukang bohong". Mungkin, ini mungkin loh ya...kita sering melihat ada beberapa orang yang sukses di antara kita...tapi didapatkan dari hasil mempermainkan kepercayaan . 


2.     DAPAT MENGINSPIRASI
Seorang pemimpin yang baik dapat memberikan contoh kepada yang dipimpinnya. Tentu saja, Konteks contoh yang saya maksud disini adalah contoh yang baik. Jikalau anda seorang pemimpin punya pengalaman disatuan lapangan


3.     MEMPUNYAI MINDSET YANG POSITIF
Sebuah mindset yang positif disini diperlukan untuk memberikan kekuatan mental dan emosi kepada bawahan, terutama ketika gagal mencapai target. Biasakanlah mengajarkan kepada bawahan bahwa "positive thinking is better than negative thinking"
 

4.     MEMPUNYAI MANAJEMEN PRIORITAS YANG KUAT
Pemimpin yang baik harus tau mana yang di dahulukan untuk di selesaikan, mana yang belakangan. Pemimpin yang baik harus tau dimana saat harus bertindak dengan cepat tanggap dan tegas

Pemimpin yang baik pastilah tidak menggunakan semua “unsur-unsur” Kewengan dan tangan besi dan tidak tergesa-gesa melakukan perintah namun mereka tahu kapan menggunakannya. Lantas siapakah pemimpin yang sebenarnya
Seorang pemimpin harus mempunyai dasar track record lapangan yang mereka pimpin dan mempunyai pengalaman kecintaan pada Negara demi tegaknya Negara Kesatauan Republik  Indonesia
Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin ideal dalam arti paling purba adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Dibenturkan dalam kehidupan nyata di masyarakat. Apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara setidaknya bisa menjawab permasalahan ini. Seorang pemimpin adalah; Ing ngarso sung tuladha (di depan sebagai contoh), ing madya mangun karso (di tengah memberi semangat), tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin jauh dari sikap pemanfaatan kekuasaan untuk memerintah seenaknya.
Menjadi seorang pemimpin ideal memang sulit dan memerlukan proses belajar yang panjang, namun bukan berarti tidak mungkin. Pada dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan idiom bahwa tiap manusia akan menanggung sendiri dari apa yang telah ia lakukan. Jadi di sini manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai tertentu.

Tantangan dan Harapan
Namun seorang pemimpin baru akan benar-benar memperoleh tantangan jika dia menjadi pemimpin dalam organisasi atau kelompok tertentu. Sebab di sini dia juga bertanggung jawab bukan hanya pada apa yang dia lakukan, tapi juga apa yang dilakukan oleh anggotanya. Lebih dari itu, juga bertanggung jawab atas tercapai atau tidaknya tujuan tertentu. Sehingga filosofi hidup yang diutarakan Ki Hajar Dewantara di atas sekaligus merupakan tantangan untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal.
Di depan sebagai contoh, artinya selain ia menjalankan tugas pokok sebagai pemimpin, ia juga harus mampu bersikap positif, mampu memberikan positif impact, sehingga ia layak untuk menjadi “bahan” percontohan sikap dan prilaku bagi liyan (the other) yang tak lain adalah para anggotanya. Selanjutnya, di tengah memberi semangat, artinya dalam aktifitas untuk mencapai tujuan, seorang pemimpin tidak melulu mengatur, pemimpin harus mampu memberikan sentuhan-sentuhan penyemangat agar para anggota juga tidak merasa diperas, ditekan dalam aktifitasnya. Ketiga, di belakang memberi dorongan, di sinilah seorang pemimpin tidak selalu dalam posisi di depan dalam derap langkah sebuah aktifitas. Seorang pemimpin yang ideal harus mampu dan mau “turun tahta” untuk sementara waktu, untuk membaur bersama anggota dan memberikan dorongan-dorongan di saat mereka dalam keadaan lemah, fisik atau pun mental. Sikap-sikap tersebut mencerminkan sikap luwes (transformatif) pada diri pemimpin. Dia mampu memerankan berbagai adegan dalam kancah aktifitas berorganisasi.
Selain sikap sekaligus tantangan bagi pemimpin ideal di atas, pemimpin juga diharapkan mampu menjalani komunikasi dengan baik. Komunikasi adalah sebuah penengah (medium) antara pemimpin dan anggota. Hemat penulis, terjalinnya komunikasi yang baik, akan tercipta pula iklim harmonis dalam organisasi tersebut. Sehingga sangat wajar jika Marshal Mc. Luchan mengatakan, “medium is power”. Komunikasi adalah kekuatan sekaligus kekuasaan. Atau dengan ekstrim Cicero mengatakan “tak ada yang satu hal pun yang tak dapat diciptakan atau dihancurkan atau dapat diperbaiki dengan kata-kata”, di mana kata adalah moda utama komunikasi. Namun harus diakui untuk mencapai sikap-sikap itu butuh proses panjang. Sehingga muncul pertanyaan yang cenderung politis, mengapa seseorang ingin jadi pemimpin? Pertanyaan ini akan terjawab jika tujuan sekaligus harapan menjadi pemimpin terjawab.
Secara internal, harapan sekaligus tujuan seseorang untuk memimpin, jika meminjam istilah Friedrich Nietzche adalah adanya kehendak untuk berkuasa (the will to power). Bakat alami yang dimiliki oleh manusia adalah keinginannya untuk menguasai. Kehendak untuk berkuasa di sini dapat dirumuskan sebagai kekuatan yang memerintahkan tanpa adanya suatu pasivitas. (St. Sunardi, 2009: 63). Harapan ini mengandaikan orang lain agar mengatakan “Ya” atas ide, perkataan, hingga laku kita. Di sinilah persepsi mengenai pemimpin menemui definisi banalnya, memerintah. Menjadi pemimpin itu mudah karena hanya memerintah.
Selain itu, menunjukkan eksistensi juga menjadi tujuan seseorang menjadi pemimpin. Jika mengacu pada teori Abraham Moslow, maka menjadi pemimpin adalah jalan untuk memenuhi kebutuhan akan eksistensi diri. Meneguhkan biografi diri dalam pergolakan di panggung dunia. Sebab efek yang tak disadari dari seorang pemimpin adalah menjadi populer.
Dua faktor esensial inilah yang menjadikan seseorang ingin dan berani menjadi pemimpin. Namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita memimpin dengan baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar